UNESCO (2002) mengelompokkan level pemanfaatan TIK di sekolah kedalam empat level, yaitu level emerging, applying, infusing/integrating, dan transforming. Apa karakteristiknya? Mari kita lihat atu persatu ..
Emerging
Adalah tahap paling awal, dimana pihak sekolah secara individual (beberapa orang) baru merasa pentingnya potensi TIK untuk pembelajaran. Tahap ini memiliki ciri sebagai berikut:
• dari sisi visi; tidak ada visi, hanya timbul secara sporadis dari beberapa pihak tertentu, misal guru, komite sekolah, belum ada kebijakan langsung yang dikeluarkan secara resmi oleh sekolah.
• dari sisi pedagogis; pembelajaran masih tetap bersifat didaktik alias teacher-centered, dimana guru masih berperan sebagai pemberi informasi dan sumber belajar utama disamping buku.
• dari sisi perencanaan dan kebijakan; belum ada kebijakan apalagi masuk dalam rencana sekolah. masih bersifat sporadis, insidental, tanpa rencana apalagi pendanaan yang memadai.
• dari sisi fasilitas TIK, keberadaannya masih belum tertata dengan baik, lebih diutamakan untuk kebutuhan administratif.
• dari sisipemanfaatannya dalam kurikulum/pembelajaran; masih berada di tangan individu guru masing-masing, kebanyakan guru masih mempelajari aplikasi-aplikasi TIK, belum menggunakannya untuk kebutuhan pembelajaran.
• dari sisi pengembangan komptenesi TIK; sporadis berdasarkan minat atau motivasi masing-masing guru tertentu, inisiatif sendiri-sendiri.
• dari sisi keterlibatan komite sekolah; bersifat aksidental, donasi tidak terarah.
Emerging
Adalah tahap paling awal, dimana pihak sekolah secara individual (beberapa orang) baru merasa pentingnya potensi TIK untuk pembelajaran. Tahap ini memiliki ciri sebagai berikut:
• dari sisi visi; tidak ada visi, hanya timbul secara sporadis dari beberapa pihak tertentu, misal guru, komite sekolah, belum ada kebijakan langsung yang dikeluarkan secara resmi oleh sekolah.
• dari sisi pedagogis; pembelajaran masih tetap bersifat didaktik alias teacher-centered, dimana guru masih berperan sebagai pemberi informasi dan sumber belajar utama disamping buku.
• dari sisi perencanaan dan kebijakan; belum ada kebijakan apalagi masuk dalam rencana sekolah. masih bersifat sporadis, insidental, tanpa rencana apalagi pendanaan yang memadai.
• dari sisi fasilitas TIK, keberadaannya masih belum tertata dengan baik, lebih diutamakan untuk kebutuhan administratif.
• dari sisipemanfaatannya dalam kurikulum/pembelajaran; masih berada di tangan individu guru masing-masing, kebanyakan guru masih mempelajari aplikasi-aplikasi TIK, belum menggunakannya untuk kebutuhan pembelajaran.
• dari sisi pengembangan komptenesi TIK; sporadis berdasarkan minat atau motivasi masing-masing guru tertentu, inisiatif sendiri-sendiri.
• dari sisi keterlibatan komite sekolah; bersifat aksidental, donasi tidak terarah.
Applying
Applying adalah tahap agak lebih sedikit maju dari level pertama tadi. Karakteristik utamanya adalah masih belajar tentang TIK (learning to use ICT). Karakteristik detilnya adalah sebagai berikut:
• dari sisi visi; sudah ada masukan dari ahli TIK tentang bagaimana seharusnya TIK dimanfaatkan di sekolah.
• dari sisi pembelajaran; TIK dijadikan sebagai obyek yang dipelajari, proses pembelajaran masih tetap lebih banyak bersifat teacher-centered alias didaktik.
• dari sisi perencanaan dan kebijakan; sudah ada rencana, kebijakan dan pendanaan tapi masih terbatas.
• dari sisi fasilitas; komputer beserta sodara periferal lainnya sudah mulai ditempatkan dengan baik, seperti di lab komputer atau ditempat tertentu, seperti kelas. Tapi masih sebagai tempat untuk belajar tentang komputer itu sendiri, belum dijadikan sebagai sarana pembelajaran.
• dari sisi pemanfaatannya dalam pembelajaran; masih sebagai obyek yang dipelajari atau belajar tentang TIK, seperti belajar tentang word prosessor, spreadsheet, presentasi, dll.
• dari sisi pengembangan kompetensi guru; sudah mulai ada semacam pelatihan aplikasi TIK walaupun masih terbatas dan tidak terencana dengan baik dan konsisten. Fokus murni pada kemampuan TIK (ICT Skills).
• dari sisi keterlibatan komite sekolah dan komunitas; sudah mulai ada upaya penggalangan dana seperti dari alumni, sponsor maupun komite sekolah.
Infusing/Integrating
Tahap ini lebih maju dari tahap kedua. Karakteristik utamanya adalah TIK sudah terintegrasi dalam pembelajaran. atau dengan kata lain, sudah bersifat “Using ICT to Learn”. Karakteristik detilnya adalah sebagai berikut:
• dari sisi visi; sduah ada masukan tidak hanya dari ahli TIK tapi juga dari ahli materi tentang bagaimana mengintegrasikan TIK dalam proses pembelajaran.
• dari sisi pembelajaran; pembelajaran sudah lebih bersifata student-centered dan kolaboratif.
• dari sisi perencanaan dan kebijakan; sudah mulai ada kebijakan dari pihak sekolah termasuk masalah pendanaan, pengembangan kompetensi TIK guru, dan rencana pembelajaran yang mengintegrasikan TIK didalamnya.
• dari sisi fasilitas; komputer tidak hanya di lab tapi juga di kelas-kelas. Komputer terhubung dengan jaringan baik intranet (LAN) maupun internet. Dilengkapi dengan konten aneka ragam dan bentuk, begitupula halnya dengan fasilitas pendukung lain seperti multimedia, kamera digital, webcam dan lain-lain.
• Pemanfaatan dalam pembelajaran; TIK sudah diintergarsikan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran lebih bersifat berbasis aneka sumber (resources-based learning) dengan berbagai pendekatan yang lebih bersifat konstruktifistik seperti problem-based, colaborative-based atau project-based learning.
• Keterlibatan komunitas dan komite; komunitas mulai terlbat seperti dalam bentuk bantuan teknis, penyediaan sumber belajar, atau tergabung dalam komunitas global atau jaringan komunitas yang lebih beragam.
Transforming
Ini adalah level paling ideal. Dimana TIK telah menjadi katalis reformasi pendidikan menuju pendidikan modern di era informasi. karakteristik detilnya adalah sebagai berikut:
• dari sisi visi; tidak lagi menekankan pada ahli TIK atau ahli materi saja, tapi lebih menekankan pada aspek kepemimpinan (leadership) baik dari sisi pengambil kebijakan (Kepsek, Wakasek, Komite sekolah) maupun dari sisi guru itu sendiri.
• dari sisi pembelajaran/pedagogi; pembelajaran lebih bersifat experiential dimana ICT sebagai enabler. Lebih mendorong kemampuan berpikir kritis dan konstruktifistik yang benar-benar bersifat student-centered penuh.
• dari sisi perencaan dan kebijakan; TIK telah menjadi bagian yang integral dari kebijakan dan perencanaan sekolah baik dari sisi pengadaan fasilitas, penempatan, pengembangan guru, kurikulum dan lain sebagainya.
• dari sisi fasilitas; semua aktifitas sekolah berbasiskan TIK atau lingkungan belajar full berbasis TIK.
• dari sisi pemanfaatan untuk pembelajaran; pembelajaran sudah bersifat virtual, real time, dimana TIK dijadikan sebagai agen/katalis pembelajaran itu sendiri. Pembelajaran disampaikan baik melalui web (virtual) maupun konvensional secara terintegrasi dengan baik.
• dari sisi pengembangan kompetensi profesional guru; lebih menekankan kepada kemampuan bagai mana mengintegrasikan TIK untuk pembelajaran, tidak lagi menekankan pada penguasaan keterampilan TIK itu sendiri. Menekankan pada peningkatan peran guru sebagai fasilitator dan manajer pembelajaran dengan berbantuan TIK yang tepat guna.
• Keterlibatan komunitas dan komite; semua terlibat penuh dan aktif baik dengan sektor bisnis, komunitas tertentu yang relevan, universitas, dan lain-lain.
Nah, begitulah kira-kira karakteristiknya. Bagaimana dengan sekolah Anda? Coba refleksikan pada diri Anda sendiri, apakah sudah pada level 1, 2, 3 atau 4. Belum ampe empat kali, ya ….?